Tampilkan postingan dengan label cerita hot terbaru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita hot terbaru. Tampilkan semua postingan

Cerita Dewasa - Sedarah Dikamar Tante Ninik

"Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.

"Wah gawat, telat nih" dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.

Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.

Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.

"Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
"Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku.
"Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
"Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh aku.
"OK Tante" jawabku singkat.
"Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
"Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya." Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.

Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.

Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh".

Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhubungan badan denganku.

"Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho." Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku.
"Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.

Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

"Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
"Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
"Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang." Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
"Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
"Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya.
"Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah.
"Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.

"Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
"Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya." Aku semakin salah tingkah.
"Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan.
"Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!" Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.

"Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ninik merengek perlahan.
"Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

"Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
"Ya sudah dibuka saja tante." pintaku.

Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.

"Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe." Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.

Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

"Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
"Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
"Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding" sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.

"Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
"Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.

Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P

"Ahh.. enak tante, terusin hh." aku mulai meracau.

Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

"Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
"OK tante" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
"Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
"Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. "Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar." tante mengerang dengan keras.

"Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.

Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.

"Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?" dengan manja tante memeluk tubuhku.
"Ehh, gimana ya tante.." aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
"Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.

Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.

"Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.Pku.

Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

"Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P" aku memberi peringatan ke tante.
"Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.

Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

"Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan.
"Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tante.

Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.

"Ahh.." kami berdua melenguh.

Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.

"Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. Fir tante nyampai lagi"

Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.

"Tante, aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante.
"Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.

Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

"Arghh.. tante aku nyampai".
"Aku juga Fir.. ahh" tante juga meracau.

Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

"Fir, kamu hebat." puji tante Ninik.
"Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku balas memujinya.
"Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante.
"Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya.
"Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

Cerita Dewasa : Sepupuku sayang

Cerita ini bermula waktu aku masih SD kelas 5 dan mulai mengenal yang namanya seks. Itu juga pertama kali dengan adik sepupuku yang lumayan cakep lah.., ingat aktris sinetron "Dominique Sandra", seperti dia cantiknya.
Dia anak pakde ku yang tinggal di Jawa Tengah namanya .. Retno .. (8 tahun). (Sengaja aku kosongkan nama pertama dan terakhir, takut ketahuan kakak sepupuku yang lain. Hehehe..). Sedangkan aku tinggal di daerah Bekasi.
Waktu itu aku masih SD kelas 5 dan aku minta di sunat seperti kawan-kawan yang lain. Karena ku pikir udah saatnya aku disunat.

Biasanya seminggu sebelum disunat banyak keluarga dari bapak dan ibuku datang dan menginap juga sekalian membantu masak-masaknya. Nah, dari situlah aku mulai mengenal sepupuku. Pertama aku biasa saja karena kupikir dia masih sepupuku. Tapi kok kayaknya di semakin genit dan centil di depanku, tidak seperti sepupu cewek yang lain, ("yang katanya aku ganteng dan gagah dibandingkan cowok yang lain, katanya setelah aku "berhubungan" dengan dia"). Aku sih biasa saja, karena aku belum paham betul. Nah..

Puncaknya terjadi ketika malam sebelum aku disunat. Setelah semua orang tidur terlelap di rumahku, ada juga sih yang main kartu remi dan gaple, di luaran sambil begadangan dan ronda, yang padahal waktu itu juga aku pengen ikut begadang, tapi diomelin sama semua katanya, disuruh banyak istirahat supaya pada waktu di sunat tidak terlalu banyak mengeluarkan darah. Aku terjaga (mendusin) sekitar jam 01.00 malam karena ingin pipis. Setelah pipis aku melewati kamar dimana retno serta beberapa sepupu cewek yang lain termasuk adikku sendiri tidur.

Aku iseng ngeliat karena kebetulan lampunya mati maka aku jadi bebas. Aku juga ngga tahu tiba-tiba saja seperti ada yang menyuruhku untuk masuk ke dalam kamar itu. Lalu aku masuk dan kulihat retno tidur dibawah bersama adikku dan sepupu cewek lainnya menggunakan tikar, dia tidur dengan posisi yang agak menggairahkan dimana waktu itu dia memakai rok sedangkan kaki kanannya diangkat keatas sehingga terpampanglah paha mulus seorang anak kecil. Walaupun lampu mati tapi aku masih dengan jelas melihat paha dan CD-nya (walaupun remang-remang), karena masih ada lampu dapur yang nyala terang. Lalu aku lihat semua orang yang ada dikamar. Ah.. udah tidur semua.. iseng aku tidur dismping dia, karena kebetulan disamping kanannya kosong.. Sialan dia menurunkan kaki kanannya sehingga pahanya tertutup semua.

Sengaja aku tidak tidur karena diam-diam aku menarik rok nya sampai kedua pahanya yang mulus terlihat. Dan juga CD yang agak menggembung sedikit, walaupun belum ditumbuhi bulu. Tiba-tiba aku ngerasa ada perasaan aneh, dimana titit ku agak membesar, biasanya ini terjadi kalau aku bangun tidur dan langsung kencing, tapi ini lain. Ketika ku pegang, kok makin enak.. karena dari kecil aku termasuk anak yang cerdas dan cepat tanggap, maka dalam hal ini walaupun masih bingung kenapa, aku pun sudah bisa mencerna apa yang terjadi saat itu.
Lalu akupun bangun dan duduk didepan pahanya, dan terlihatlah sebuah CD putih dengan agak sedikit menggembung bagian tengahnya, walaupun belum ada bulunya. Dan juga dadanya yang sedikit menonjol menendakan bahwa dia agak bongsor. Nekat kudekati Cdnya, dan ku cium. Ah.. biasa saja. Tititku semakin tegang, dan ku sentuh di bagian tengah Cdnya, hangat.. lalu perlahan kuturunkan Cdnya, pelan dan sangat hati-hati takut dia terbangun. 1 centi.. lalu aku pura-pura tidur lagi.. melihat tidak ada reaksi kuturunkan lagi.. Lagi.. Dan lagi.. sampai mata kaki.

Dan.. saat itu pula dia bergerak.. aku gemetar, jantungku berdetak kencang sekali.. takut kalo dia bangun, teriak dan mengadukan hal ini pada semuanya. Tapi anehnya. Dia cuma menggeliat dan menaikkan kaki kanannya kembali tapi tidak penuh karena kaki kanan dan kiri terikat oleh Cdnya yang masih melingkar di mata kakinya. Melihat itu, aku segera melepas Cdnya dan berhasil..coy.. Kini didepanku terpampang sebuah pemandangan indah walaupun itu hanya vagina anak kecil tapi untuk seumuranku waktu itu membuat titikku semakin mengencang dan aku pun mengambil kesimpulan bahwa ini toh yang namanya terangsang, seperti yang aku baca di majalah-majalah Kartini, Femina, dll kepunyaan ibuku. Aku makin nekat dengan menciumi vaginanya yang mungil.. Ah..masih biasa juga.. tidak ada bau apa-apa. Tapi setelah dipikir-pikir.. nih enaknya pake senter, ya udah aku ambil senter di kamarku, senter kecil buatan bokap untuk aku, yang baterry nya cuma satu.

Dan jaman Sekarang pun aku punya tapi beli harganya +- Rp. 10000, merknya Energizer, udah ada yang jual dimana-mana. Terkadang kalo lagi bengong sambil ngeliatin senter kecilku, aku jadi tersenyum sendiri.
Setelah senternya kudapat, aku dekati dia lagi.. Masih dalam posisi yang sama. Kutunggu sebentar sampai semua terlihat aman. Lalu aku tiduran di sampingnya.. Kuamati wajahnya yang mungil.. busyet dah ternyata gua punya sepupu cantik buangeet.. Walaupun masih SD tapi tanda-tanda kecantikannya sudah terlihat. Mungkin karena udah keturunan kali ye.. He he he.. Ge eR dah Gua..
Wah kayaknya udah lelap banget nih retno, karena hanya terdengar nafasnya yang teratur dan lembut.. sialan bikin aku makin bernafsu aja..

Aku bangkit dan langsung kunyalakan senter, beruntung karena lampunya kecil jadi hanya diameter 3 centi saja, sinarnya. Lumayanlah untuk menerangi vaginanya retno.. eh.. dia bergerak dan melebarkan kedua pahanya, pucuk di cinta ulam tiba. Terlihat dengan jelas di kedua mataku, vaginanya yang masih merah dan ranum. Nekat kupegang dengan tangan kanan sedangkan kiri masih memegang senter. Kering..?? Aku colek terus aja.. eh.. terdengar nafasnya yang mulai tidak teratur.. Tapi kok mulai basah?? wah jangan-jangan dia ngompol nih.. tapi pas aku cium tanganku, ah.. bukan air kencing nih..air apa yak?? terus ku elus-elus vaginanya, lalu tanpa sadar aku langsung mencium dan menjilatnya.. Mmpphh..asin.. sial.. kok rasanya kayak gini sih?? ah.. peduli amat aku udah terlanjur terangsang.

Kudengar nafasnya mulai tidak beraturan tapi tidak berisik.. (unik kan). Lalu ku buka celana ku, karena aku masih kecil jadi belum pakai CD. Aku ngeliat tititku makin tegang dengan ujungnya yang masih tertutup oleh kulup. Dan sedikit keluar lendir.. aku makin heran lendir apaan nih..ku jilat.. kok asin juga sih.. Ku coba mencerna semua ini, tapi karena otak normal ku udah ditutupi oleh nafsu aku jadi tidak bisa berpikir secara teoritis. Yang ada saat itu hanya perasaan nikmat dan juga nafsu yang menggebu-gebu. Setelah puas menjilati vagina retno, yang sepertinya dia menikmati permainanku ini, aku lalu menurunkan kedua kakinya sampai lurus.
Lalu aku mulai merangkak di atas tubuh nya tanpa menyentuh tubuhnya sama sekali.

Setelah posisiku pas, aku turunkan tititku sehingga mendekati vaginanya. Kucoba masukkin, kok ngga mau masuk.. terus ku coba.. lagi..lagi.. ah capek.. susah juga, pikirku. Yah udah aku tiduran lagi disampingnya.. ah mendingan juga megangin vaginanya.. lagi asyik berfikir untuk melanjutkan aksiku, tiba-tiba dia menggeliat dan posisi tubuhnya miring menghadap diriku yang waktu itu aku juga sedang asyik menikmati wajahnya yang ayu. Di tambah lagi dengan kaki kirinya ditekuk ke atas sehingga sepertinya dia sudah pasrah untuk di setubuhi. Aku bingung.. Ku pegang lagi vaginanya.. wah kok tambah basah.. jangan-jangan dia tahu dan terangsang.. atau sedang mimpi sambil ikuta terangsang.. wajahku dengan wajahnya hanya berjarak 10 centi saja. Sehingga nafasnya yang berat dan menggebu terdengar sangat jelas. Aku berusaha bernafas dengan pelan supaya dia tidak terbangun dan kaget.

Tapi tiba-tiba tanpa kuduga dia tersenyum dan tangannya bergerak memegang tititku, Oouuppss.. ada apa nih.. aku kaget setengah mati.. ah mungkin nih anak ngga sadar kali yak.. Tapi setelah kuperhatikan mukanya, dia masih sambil tersenyum dan mulai membuka kedua matanya pelan-pelan. Aku makin kaget dan takut, kalau itu cuma tipuan dia setelah itu dia teriak.. lalu aku pun bangun sambil merapikan celanaku, tapi sebelum aku berjalan kaki ku ditahan oleh tangannya retno, sambil tangan kirinya memberi kode untuk kembali tidur disampingnya.
Aku menggeleng, tapi sambil tersenyum dia tetap memberi kode, dan aku pun seperti tersihir lalu aku tidur disampingnya kembali.

Kami tetap diam untuk beberapa saat.. sampai dia akhirnya berbisik kepadaku dengan bahasa bekasi karena dia tahu aku ngga bisa bahasa jawa, "Mas,.. akhirnya aku kesampean juga bisa pegang tititnya mas". "Lo, kok kamu ngomong gitu, sih", jawabku. "Entar aja aku ceritain, sekarang elus-elus lagi punyaku kayak tadi", jawabnya. Bagai disamber geledek di tengah malam, antara seang, kaget, gembira bercampu jadi satu, kuturuti kemauan dia. Tanpa di suruh dua kali aku langsung mengelus-elus vagina retno, dan dia sepertinya mendesis keenakan. Aku ngga peduli kenapa dia mau seperti, yang penting aku juga sudah terangsang berat.

"Ehmm..eesstt.. eennaakk mas..uuhh"..
"Hei..pelan-pelan, jangan berisik..", jariku makin liar menggosok vaginanya yang makin lama makin membanjir. Tangannya pun mulai meremas dadanya sendiri. Semua kami lakukan dengan sangat hati-hati takut membangunkan yang lainnya.
"Mmmass.. yang cepet dong.. Eesstt.. eesstt.. aahh..".
"Gila nih anak.. kecil-kecil udah pinter yang beginian, belajar darimana nih anak yak?", pikirku dalam hati.
Tak lama kemudian, setelah sekian lama aku menggosok vaginanya yang membuat tanganku pegal, dia merapatkan kedua pahanya..
"Ret.. tanganku jangan dijepit dong..", kataku pelan.
"Aakkuu mauu naympee, mass", katanya
"Nyampe kemana.. ret, ngaco kamu"
"Ohh..sstt.." sseerr..sseerr.. kurasakan jariku sepertinya ada cairan yang keluar lumayan banyak dari vaginanya.
"Kamu ngompol ya..?", kataku
"Bbb bukann Mass, ituu namanya cairan kenikmatan", jawabnya
"Ahh.. Eesstt", erangnya.

Kembali aku dibuatnya berpikir, kenapa nih anak.. Aku masih bingung..
Lalu kedua pahanya mulai mengendur dan perlahan membuka.. Tercium aroma yang aneh di udara kamar.. " Bau apa nih, ret..", tanyaku. "Itu namanya aroma punyaku", jawabnya. Aneh..??!!
Tak lama setelah dia orgasme (yang aku baru tahu setelah aku SMP), jariku di lapnya dengan menggunakan CDnya. Kami terdiam beberapa saat, sampai kemudian dia kembali memegang tititku yang sudah lemas, entah kapan aku juga tidak merasakan kapan tititku ini mengkerut.

"Mas, kok tititnya lemes sih"
"Mana aku tahu.."
"Ya udah sini retno bangunin lagi"
"Emangnya kamu bisa"
"Sini.. serahkan padaku"
Leherku dielus-elus dengan tangannya yang lembut, dicium, dijilat, yang membuatku merasakan sensasi yang aneh, asing tapi kok enak dan nikmat, sepertinya aku tak mau dia berhenti melakukannya. Tindakannya itu ternyata membuat tititku kembali menegang, dan rupanya dia juga sudah mengetahuinya dengan memegang tititku.
"Tuh.. kan dah bangun lagi"
"Trus aku mau diapain, sih"
"Pokoknya Mas tenang aja, dijamin enak deh"
"Terserah koe lah..", jawabku.

Lalu dia membuka resleting celana ku dan mengeluarkan tititku yang sudah menegang dengan hebat. "Ih.. lucu juga yah.. titit anak cowok kalo belum di sunat". "Cerewet luh..", kataku agak kesal karena dari tadi dia selalu menjatuhkan ku terus. "Jangan marah dong, Mas". "Nih kalo diginiin enak ngga?". Tangannya yang mungil mengocok-ocok tititku, sambil membuka kulup (kulit atas) bagian ujung tititku, sehingga terlihat seperti topeng Ksatria Baja Hitam kalo dibalik, apalsgi kalo dikasih 2 mata pake spidol, persis banget..!! (kata teman-teman sebayaku yang sudah disunat sewaktu kami mandi di kali, dan saling memperhatikan tititnya masing-masing).

"Ret.. eennaee rekk..".
"Hmm sstt..ohh.."
Tidak lama dia bangun dan kepalanya sudah berada diatas perutku, "Mau ngapain kamu ret.."
"Nikmatin aja yah Mas..". Gila dia mengulum tititku, sampai aku blingsatan keenakkan.
"Cah.. gemblung koe..", kataku pelan..
"Men.., sing penting ayu, akeh sing naksir karo aku, wee..", katanya..
Sialan juga nih bocah..
"Ohh.ret .. eennakk.. "
Sepertinya dia makin cepat mengulum penisku, sangat cepat, hingga aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa yang baru pertama kali kurasakan seumur hidupku. Perasaan apa nih.. Dan sepertinya juga aku pingin pipis.
"Ret.. Aku pengin pipis nih".
Tapi dia cuek aja, sambil terus mengulum penisku, kulihat bibirnya yang mungil naik turun memasukkan dan mengeluarkan tititku.
"Akhh..Eeuuhh.. ", croott..crroot.. mau ngga mau aku akhirnya pipis juga.. tapi kok pipis rasanya lain, sangat nikmat. Dia terus mengisap sampai habis air mani ku habis..(semua ku tahu sampai detail setelah aku menginjak SMP).
Aku lemas dan tak berdaya, langsung saja aku terlentang, sementara retno sepertinya pergi keluar kamar.
"Enak ya, Mas..", katanya manja, setelah dia kembali ke kamar..
"Dari mana kamu, Ret?"
"Dari kamar mandi, buang mani, Mas".
"Mani? apaan tuh?"
"Ih.. Mas.. kok ngga tau sih.."
"Ya udah kita tidur lagi besok kan Mas mau disunat entar banyak darahnya lo kalo kurang tidur".
Dia pun mencium pipiku, aku pun merespon tindakan dia dengan mencium pipinya juga.
Aku pun bangkit, dan memakai celanaku.. kulihat tititku masih ada beberapa cairan yang saat itu aku ngga paham cairan apa itu.
"Ret,.. kapan kau mau ceritain semua ini", tanyaku.
"Entar.. aja.. masih banyak waktu.. Aku libur sekolah hampir 1,5 bulan, entar aja kalo Mas udah di sunat, nanti aku ceritain semuanya", jawabnya.
"Yo..wis..karep mu lah..", "met bobo yak..
"Met bobo juga Mas"..

Tanpa sadar kulirik jam sudah jam 03.00, berarti lama juga aku bercumbu sama retno.. aku harus tidur supaya besok pagi aku ngga cape dan ngantuk.
Aku pun ke kamar mandi untuk pipis dan pada saat pipis aku merasakan hal yang biasa saja, aku semakin bingung kenapa tadi pada saat aku pipis di mulut retno kok aku ngerasa enak dan nikmat, tapi kok sekarang biasa saja. Ah .. bodo amet.. Aku pun kembali ke kamar dan terlelap..

Hingga besok pesta sunatanku meriah sekali, aku berangkat ke mantri sekitar jam 06.00, dimana aku masih sangat terlihat sangat ngantuk, aku sempat di marahin sama ibu karena aku kurang istirahat, beruntung semua ngga ada yang tahu, kecuali kami berdua.

Ternyata or-tu ku mengundang banyak orang untuk hadir dalam pesta sunatanku. Banyak teman-temanku yang hadir, bahkan ada juga teman cewek yang nekat ingin ngeliat tititku yang udah disunat. Tapi ketika kulirik retno yang memang dari aku datang dari mantri dia selalu menemaniku, terlihat sangat tidak suka terhadap teman cewekku, sambil mempelototi cewek itu. Yah udah teman cewek ku tidak jadi ngeliat, ada satpamnya sih. Hehehehe..

Hingga aku sembuh retno masih menginap dirumahku padahal or-tunya sudah pulang ke jawa, katanya masih betah main sama adikku, padahal dia kurang begitu akrab sama adikku hanya sebatas main bekel, boneka, congklak, masak-masakan, dll.

Ternyata setelah waktu pas dia menceritakan kepadaku kalau dulu dia di kampung nya di ajarin oleh teman cowoknya yang katanya naksir sama dia, anak SMP kelas 2. Gila yak tuh cowok.. sepupu gua di mainin.. katanya dulu dia ajak main dokter-dokteran, trus sampai begini deh.. Untung aja retno kaga kecewa, karena setelah itu aku bertekad untuk melindungi retno dan sampai sekarangpun aku masih menjalin hubungan yang makin hangat, walaupun aku sempat berpikir untuk bersenggama dengannya, aku takut karena dia masih sepupuku, kami berkomitmen hanya sebatas petting saja, dan jangan lebih.

Ok.. rumahseks readers, masih banyak petualangan bercintaku dengan retno sepupuku, kayaknya episode selanjutnya aku dan retno bersex ria ketika aku SMA kelas 1. Pada saat aku liburan sekolah. Tunggu aja episode selanjutnya. Kritik dan saran sangat membantu, bagiku yang masih terbilang sangat awam dalam hal mengarang, karena dari dulu pelajaran bahasa indonesiaku dalam mengarang selalu standar, tidak pernah menakjubkan, hanya saja yang eksak seperti IPA, Matematika dan Or-kes aku selalu terlihat menonjol dibandingkan dengan teman-temanku yang lain..

NB: oh ya.. si retno nih punya lagu favorit, tahu lagu "Nenek moyangku Seorang Pelaut", mungkin bagi yang pernah ngalamin SD, tahu lagu ini, seperti ini, "KAKEK MOYANGKU SEORANG PELAUT, PUNYA SENJATA DI BAWAH PERUT, BISA MENGEMBANG, BISA MENGKERUT, SEKALI TEMBAK, CRUUT, PERUT CEWEK GENDUT", coba readers nyanyiin lagu ini deh, pasti akan tertawa.. bagi yang tahu dan kenal syair ini mungkin ada hubungannya sama aku atau retno..(dah..).

Cerita Dewasa : Memamerkan celana dalam ke anak tetangga

Hai namaku riska. Umurku sekarang 22 tahun. Aku memeliki kecenderungan sex yang sedikit berbeda. Aku merasa horny bila sedang mempertontonkan tubuhku. Dan masturbasiku pun menjadi jauh lebih nikmat apabila setelah mempertontonkan tubuhku. Biasanya, hanya celana dalamku yang kuperlihatkan ke orang lain, itu juga hanya ke anak kecil, yang berumur 16 tahun kebawah. Aku takut apabila mempertontonkan tubuhku ke pria dewasa, aku akan diperkosa nantinya. Nah, aku akan menceritakan eksibisi pertamaku, yang telah membuatku menjadi seperti ini...

Saat itu umurku masih 16 tahun, dan aku masih duduk di bangku sma. Aku tinggal di daerah yang rumahnya berdekatan. Dan orang-orang yang tinggal disitupun sangat bersahabat. Mereka saling membantu dan mempercayai satu sama lain. Yah seperti orang yang tinggal dikampung-kampung gitulah. Aku tinggal dirumah hanya bertiga dengan kedua orang tuaku, karena aku anak tunggal. Orang tuaku pun sering pergi ke luar kota untuk pekerjaannya dan akupun tinggal sendirian di rumah. Mereka tidak takut meninggalkan aku sendirian karena daerahnya yang sangat bersahabat...

Waktu itu aku baru saja pulang dari sekolah dan sedang nonton tv di ruang tengah ketika pintuku diketuk seseorang. Ketika kubuka, ternyata bu Murni yang tinggal disebelah rumahku bersama anaknya.
"Ris, ibu boleh minta tolong gak?", tanyanya.
"Mau minta tolong apa bu?"
"Ini lho, ibu mau pergi jualan, trus gak ada yang jagain si Budi . Boleh gak ibu titipin si Budi disini?", Pintanya.
"Loh kan biasanya yang jualan si Deni, emang si Deni kemana bu?"
"Si Deni kan tahun ini sudah SMA, ibu gak mau mengganggu sekolahnya, jadi mulai sekarang ibu yang pergi jualan. Lagi pula tantenya lagi gak di rumah, ibu gak tau lagi nih, mau ditip kemana", katanya.
"Ooh gitu ya bu, ya udah ga papa, asal si Budi nih gak rewel aja Bu", candaku.
"Aah tenang aja, si Budi ini penurut kok, lagian dia gak akan berani melawan kamu. Dia kan malu banget kalo dekat-dekat cewek", kata bu murni sambil tertawa. Dan memang si Budi tuh sangat pemalu anaknya, padahal wajahnya lumayan cakep walaupun masih 7 tahun umurnya. Dan akhirnya setelah berbasa-basi sebentar bu Murni pun meninggalkan kami berdua...

Akupun berusaha membuat si Budi merasa nyaman dengan mengajaknya ngobrol, tapi gagal karena dia hanya menjawab singkat semua pertanyaanku kepadanya. Kayaknya sih dia emang bener-bener pemalu anaknya. Atau mungkin juga dia merasa grogi karena wajahku yang cantik ini. Walaupun badanku termasuk pendek, tapi aku memiliki tubuh yang cukup bagus, dan sudah memiliki bentuk tubuh seorang wanita dewasa. Apalagi kulitku putih. Namun karena gaya dan tingkahku yang agak kekanak-kanakan, belum ada cowok yang mau mendekati aku. Biasalah, anak SMA kan selalu sok dewasa, jadi gak pernah ada cowok yang ngerasa cocok denganku. Semua cowok yang ngedeketin aku ujung-ujungnya menganggapku sebagai adik.

Akhirnya, setelah usahaku mendekatkan diri dengan si Budi gagal, aku hanya memberinya majalah anak-anak yang masih aku baca sampe sekarang dan aku nonton tv di dekatnya. Awalnya dia keliatan asik dengan majalahnya. Namun setelah beberapa lama dia keliatan gelisah, dan terus-terusan memandang ke arahku. Tadinya kupikir dia hanya bingung mau ngapain, tapi setelah kuperhatikan ternyata di memandang ke bawah rokku yang memang bakal kelihatan karena dia duduk di lantai di depanku, sedangkaan aku duduk di sofa dan tanpa sadar mengangkangkan kakiku. Tadinya begitu sadar aku ingin langsung menutup kakiku. Tapi setelah melihat dia yang gelisah dengan wajah yang (sangat) memerah aku menjadi merasakan sesuatu yang berbeda. Entah kenapa walaupun aku merasa malu celana dalamku dilihat orang lain, aku justru menyukai perasaan malu itu. Dan wajahkupun mulai terasa panas dan jantungku berdebar dengan kencang. Dan akhirnya aku memutuskan untuk membiarkannya melihat celana dalamku Aku berusaha tidak memandang wajahnya lagi agar dia leluasa mengintip celana dalamku. Semakin lama aku semakin melebarkan kakiku. Dan setelah semakin terangsang dengan pertunjukan ini, aku pun menyuruhnya duduk mendekat kearahku, dan dia pun menurut tanpa banyak tanya. Lalu aku menarik meja yang ada dibelakang dia. Sehingga dia duduk diantara sofa dan meja yang posisinya sekarang sudah merapat.

Kini dia duduknya sangat dekat denganku, bahkan lututku berulang kali menyentuh kepalanya, namun kali ini dia duduk menghadap kedepan, karena dia tidak berani lagi mengintip celana dalamku dengan jarak sedekat itu. Aku pun mengajaknya bercakap-cakap sehingga memberinya alasan untuk melihat kebelakang dan aku bisa melihat dia menatap celana dalamku. Dan akupun semakin bergairah, bahkan mungkin dia bisa melihat celana dalamku mulai basah kena cairan memekku. Aku pun berusaha menahan keinginan bermasturbasi yang memang sudah cukup sering kulakukan, dengan susah payah. Lalu akupun menjadi semakin berani dengan menarik rokku sampai paha sehingga cdku semakin terpampang jelas. Belum puas dengan itu, aku menaikkan kakiku yang satu ke meja, dan yang satu lagi aku lebarkan selebar-lebarnya. Sehingga sekarang posisinya aku mengangkang tepat didepan wajahnya. Si Budi kelihatan semakin gelisah dan kadang dia menatap cdku cukup lama, dan kalau dia melakukan itu, aku membelai-belai rambutnya sambil tersenyum semanis yang aku bisa. Lalu akupun menyuruhnya untuk lebih mendekat lagi, namun kali ini aku menyuruhnya untuk duduk menghadapku dengan alasan tidak sopan membelakangi orang yang sedang berbicara dengan dia...

Dia memutar tubuhnya perlahan dan kulihat tubuhnya bergetar dengan kentara. Dan ketika dia mengahadapku dia tak bisa memalingkan wajahnya dari celana dalamku, dan pahaku yang putih mulus itu. Setelah itu aku menarik meja itu semakin rapat, dan kunaikkan kedua kakiku ke atas meja. Sehingga kali ini kepalanya berada diantara kedua pahaku. Kali ini aku menarik rokku sampai atas sehingga sekarang celana dalamku bisa terlihat bebas. Dia tidak bertanya kenapa kulakukan itu, mungkin emang karena sifatnya yang pemalu. Aku sudah benar-benar bernafsu kali ini, dan mungkin dia pun juga. Saking nafsunya, aku meletakkan kedua kakiku di pundaknya dan menggesek-gesekkan pahaku kewajahnya. Aku bisa melihat dia seperti tidak terpana, namun amat menikmati sentuhan pahaku dan menggerakkan wajahnya kesamping agar bibirnya menyentuh pahaku, aku pun semakin menggila karena terkena bibirnya yang hangat dan basah di pahaku. Dia juga tidak keberatan ketika aku menarik kakiku dan menempelkan telapak kakiku di wajahnya. Lalu kusuruh dia membuka mulutnya, lalu kumasukkan jempol kakiku ke bibirnya yang mungil. Dia pun langsung mengemut jempol kakiku dengan gemas, dan menjilat-jilat telapak kakiku.

Jilatannya di telapak kakiku semakin menggila, sehingga aku jadi kebelet pipis. Lalu kubilang, "Dek, kakak mau pipis dulu nih, udah kebelet." Lalu entah karena dorongan setan mana, aku berpikir, "mungkin asik kalo mengencingi dia...". Lalu aku membuka CDku dan mengangkangi wajah anak malang itu dan mulai mengencingi wajahnya. Dan tanpa kusangka-sangka dia malah semakin mendekatkan wajahnya dan membuka mulutnya lalu meminum air kencingku yang waktu itu lumayan banyak dan deras. Dia begitu antusiasnya meminum air kencingku sampai-sampai dia menempelkan mulutnya di memekku dan meminum air kencingku langsung dari lubang pipisku. Dan ketika selesai aku bisa merasakan dia berusaha menyedot-nyedot memekku. Mungkin dia belum puas meminum air kencingku, namun itu malah memberikanku kenikmatan yang tiada taranya, dan entah kenapa kalau teringat fakta bahwa memekku dijilat sama anak berumur 7 tahun justru membuatku semakin terangsang. Dan kelihatannya dia juga sangat menikmati menjilat memekku yang kini sudah basah dengan air kencing dan ludah. Kami melakukan itu cukup lama sebelum selesai. Dan ketika mencapai orgasme aku menjambak rambutnya dan menekan wajahnya ke memekku sambil mendesah dengan keras.

Setelah itu akupun mengajaknya mandi dan membersihkan tubuhnya, sehingga tidak lagi tercium aroma kencingku di tubuhnya. Setelah selesai kami duduk lagi di ruang tv yang juga sudah kubersihkan sampai wangi. Akupun berkata, "Adek seneng gak kakak gituin tadi?" Dia pun hanya mengangguk dengan malu-malu dengan wajah memerah. "Kalo gitu ntar kapan-kapan kamu mau lagi gak?", lagi-lagi dia hanya mengangguk. Lalu kulanjutkan, "Tapi jangan bilang-bilang sama siapa-siapa ya?" Lalu dia kelihatan bingung dan bertanya, "Emangnya kenapa Kak?"
"Soalnya kalo ketauan kita pasti dimarahin dan dihukum, emang kamu mau begitu?"
"Gak, kak. Tapi, benerkan kakak mau ngencingin Budi lagi?", mendengar kata-kata dan nadanya yang polos, aku jadi bernafsu kembali. Lalu kutarik tangannya dan kucium bibirnya, setelah kulepaskan dia sebentar lalu aku berbisik di telinganya "iya kakak mau banget, tapi ada syaratnya"
"Apa kak syaratnya?", lalu ,"Kamu harus nurutin semua yang kakak suruh ya?", lalu dia menjawab setengah bercanda, "Wah kalo gitu Budi sama aja dengan budak kakak dong?" Dan lagi-lagi karena mendengar kata-katanya, nafsuku semakin menjadi-jadi, dan kukatakan padanya, "Iya, kamu jadi budak kakak, tapi kakak gak akan nyuruh kamu yang berat-berat kok. Kakak Cuma nyuruh kamu yang "enak-enak"."
"Ya udah Budi mau Kak, Budi seneng banget bisa deket-deket cewek cantik seperti Kakak.", Katanya sambil malu-malu.
"Halah kamu sok tau, masi kecil juga", kataku sambil memeluknya dan kembali mencium bibirnya. Dan akupun mulai memasukkan lidahku ke mulutnya, dia pun menyambutnya dengan semangat dan mulai menghisap-hisap lidahku. Entah berapa kali dia memohon supaya aku meludah ke mulutnya, walaupun sudah cukup banyak ludahku yang ditelannya. Dia berkata "Kak, ludah kakak enak banget. Sama kayak air kencing kakak. Kalo Budi kayaknya, semua yang keluar dari tubuh kakak, Budi mau kak?"
"Ah masa", kataku sambil meludah lagi ke mulutnya...

Lalu kamipun kembali membuka baju, namun kali ini aku juga ikut menjilat dan menghisap kontolnya yang masih imut itu. Dia ngerasa sangat kegelian sekaligus nikmat. Berkali-kali dia berhenti sambil menikmati isapanku di kontolnya. Setelah kami sama-sama puas (yah walaupun dia tidak sampai keluar, dan kayaknya dia masih belum bisa orgasme deh) kamipun duduk berdampingan di sofa tadi. Dan tiba-tiba dia minta lagi, namun kali ini dia ingin menjilatin dan menciumi anusku. Akupun sampai terkaget-kaget, dan kali ini bahkan dia sangat betah menjilati anusku, dan dia tetap melakukan itu sampai tiba waktu ibunya pulang dari jualan. Lalu dia mengucapkan terima kasih kepadaku, dan aku juga membalas ucapannya, lalu kubilang padanya, "Kakak gak tau, kamu sesuka itu dengan seluruh tubuh kakak. Laen kali kamu datang kemari, kamu boleh minta apa aja ke kakak, mau air kencing, ludah, keringat sampe tai kakak juga boleh", kataku sambil bercanda. Lalu dia seperti terpana mendengar kata-kataku dan pulang sambil masih terdiam. Aku tahu dia sudah tak sabar menantikan pertemuan kami berikutnya. Begitu juga aku.

Cerita Dewasa : Kisah bersama ibu muda

Sebut saja namaku Dandy 30 tahun, 170/65 berparas seperti kebanyakan orang pribumi dan kata orang aku orangnya manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang aku suka olah raga. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar di kota Surabaya dan statusku married. Perlu pembaca ketahui bahwa sebelum aku bekerja di Surabaya ini, aku adalah tergolong salah satu orang yang minder dan kuper karena memang lingkungan keluarga mendidik aku sangat disiplin dalam segala hal. Dan aku bersyukur sekali karena setelah keluar dari rumah (baca:bekerja), banyak sekali kenyataan hidup yang penuh dengan "warna-warni" serta "pernah-pernik"nya.

Kisah ini berawal terjadi sebagai dampak seringnya aku main chatting di kantor di saat kerjaan lagi kosong. Mulai muda aku adalah termasuk seorang penggemar sex education, karena buat aku sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkannya dalam bentuk visualnya. Dan memang mulai SD, SMP sampai SMA hidup aku selalu dikelilingi cewek-cewek yang cakep karena memang aku bisa menjadi "panutan" buat mereka, itu terbukti dengan selalu terpilihnya aku menjadi ketua osis selama aku menempuh pendidikan.

Kembali pada ceritaku, dunia chatting adalah 'accses' untuk mengenal banyak wanita dengan segala status yang mereka miliki; mulai ABG, mahasiswi, ibu muda sampai wanita sebaya, di luar jam kantor. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu "kehidupan sex having fun".

Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname yang menantang kaum hawa untuk pv aku, hingga masuklah seorang ibu muda yang berumur 32 tahun sebut saja namanya Via. Via yang bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sekretaris dengan paras yang cantik dengan bentuk tubuh yang ideal (itu semua aku ketahui setelah Via sering kirim foto Via email aku). Kegiatan kantor aku tidak akan lengkap tanpa online sama dia setiap jam kantor dan dari sini Via sering curhat tentang kehidupan rumah tangganya. Karena kita berdua sudah sering online, Dia tidak segan-segan menceritakan kehidupan sex nya yang cenderung tidak bisa menikmati dan meraih kepuasan. Kami berdua share setiap kesempatan online atau mungkin aku sempatkan untuk call dia.

Hingga suatu hari, kami putuskan untuk jumpa darat sepulang jam kantor, aku lupa tanggal berapa tapi yang pasti hari pertemuan kami tentukan bersama hari Jum'at. Setelah menentukan dimana aku mau jemput, sepulang kantor aku langsung kendarai mobil butut starletku untuk meluncur di tempat yang janjikan. Dengan perasaan deg-deg an, sepanjang perjalanan aku berfikir secantik apakah Via yang usianya lebih tua dari aku 2 tahun. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku bener-bener ketemu dengan Via. Wow! Aku berdecak kagum dengan kecantikan Via, tubuhnya yang sexy dengan penampilannya yang anggun membuat setiap kaum adam berdesir melihatnya. Tidak terlihat dia seorang ibu muda dengan 3 orang anak, Via adalah sosok cewek favorite aku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan alamak.. pantatnya yang sexy membuat aku menelan ludahku dalam-dalam saat membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan Via.

Tanpa pikir panjang dan menutupi kegugupan aku. Aku memancing untuk menawarkan pergi ke salah satu motel di sudut kota (yang aku tahu dari temanku). Sepanjang perjalanan menuju hotel, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Via yang cantik sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang tipis.. Dan sepanjang itu juga "adik kecilku" mulai bangkit dari tidurnya. Tidak lama sampailah kami di salah satu Motel, aku langsung memasukan mobilku kedalam salah satu kamar 102.

Didalam kamar aku sangat grogi sekali bertatapan dengan wajah Via..
"Met kenal Dandy," Via membuka obrolan.
"hey Via..," aku jawab dengan gugup.
Aku benar-benar tidak percaya dengan yang aku hadapi, seorang ibu rumah tangga yang cantik sekali, sampai sempat aku berfikir hanya suami yang bego jika tidak bisa menyayangi wanita secantik Via.
Kami berbicara hanya sekedar intermezo saja karena memang kami berdua tampak gugup saat pertemuan pertama tersebut. Sedangkan jantungku berdetak keras dibareng "adik kecilku" yang sudah meronta ingin unjuk gigi.

"Dandy meskipun kita di sini, tidak apa-apakan jika kita tidak bercinta," kata Via.
Aku tidak menjawab sepatah katapun, dengan lembut aku gapai lengannya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan diranjang dan tanpa terasa jantungku berdetak keras, bagaikan dikomando aku menciumi leher Via yang terlihat sanagt bersih dan putih.
"Via kamu sangat cantik sayang..," aku berbisik.
"Dann.. jangan please..," desahan Via membuat aku terangsang.
Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Via yang jenjang.
"Akhh Dandy.."
Tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Via yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.
"Ooohh.. Danddyy.."
Via mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya. Aku semakin berani untuk melakukan yang lebih jauh..
"Via, aku buka jas kamu ya, biar tidak kusut..," pintaku.

Via hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk memreteli jasnya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan tanktop warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas dimukaku. Setelah jas Via terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Via yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Via yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal mulai menarik tanktop warna hitam dan..
Wow.. tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Via untuk kemudian mulai melpeas BH dan menjilati puting Via yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting Via berdiri dengan kencang.. sedangkan tangan kananku memilin puting Via yang lain nya.
"Ooohh Danndyy.. kamu nakal sekali sayang..," rintih Via.
Dan saat aku mulai menegang..
"Tok.. tok.. tok.. room service." Ahh.. sialan pikirku, menganggu saja roomboys ini. Aku meraih uang 50.000-an dikantong kemejaku dengan harapan supaya dia cepat pergi.

Setelah roomboy's pergi, aku tidak memberikan kesempatan untuk Via bangkit dari pinggir. Parfum Via yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui (baik dari majalah, film BF maupun obrolan-obrolan teman kantor), aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Via. Aku beranikan diri untuk mulai membuka CD yang digunakan Via, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian vagina Via. Tanpa berfikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Via.

"Oohh.. Dan.. nikmat.. sayang," Via merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang vaginanya dan sesekali menekan kepalaku untuk tidak melepaskan kenikmatan itu. Dan disaat dia sedang menikmati jilatan lidahku, telunjuk jari kiriku aku masukkan dalam lubang vagina dan aku semakin tahu jika dia lebih bisa menikmati jika diperlakukan seperti itu. Terbukti Via menggeliat dan mendesah disetiap gerakan jariku keluar masuk.
"Aakkhh Dann.. kamu memang pintar sayang..," desah Via.
Disaat kocokkan jariku semakin cepat, Via sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..
"Dann.. sayang.. aku nggak tahan.. oohh.. Dan.. aku mau.." visa menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.
"Daann.. ookkhh.. aakuu keluaarr.. crut-crut-crut."
Via merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, aku membuka mulut aku lebar-lebar, sehingga carian itu tidak ada yang menetes sedikitpun dalam mulutku.

Aku biarkan Via terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan, aku memperhatikan Via begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran 19 cm dengan bentuk melengkung, langsung menghujam celah kenikmatan Via dan sontak meringis..
"Aaakhh.. Dandy..," desah Via saat penisku melesak kedalam lubang vaginanya.
"Dandyy.. penis kamu besar sekali.. aakkh.."
Aku merasakan setiap gapitan bibir vaginanya yang begitu seret, sampai aku berfikir suami macam apa yang tidak bisa merasakan kenikmatan lubang senggama Via ini?
Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Via yang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.
"Danddyy.. sudah.. sayang.. akhh.." sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina mengapit batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Via. Aku tidak mempedulikan desahan Via yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memberikan kepuasan bercinta, yang kata Via belum pernah merasakan selama berumah tangga. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Via menggelinjang hebat karena memang bentuk penisku agak bengkok ke kiri.

Tiba-tiba Via mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan..
"Dann.. aku.. mau.. keluarr lagi.. aakk.. Kamu hebat sayang, aku.. nggak tahan..," seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat meleleh disepanjang batang penisku dan aku biarkan sejenak penisku dalam vaginanya.

Sesaat kemudian aku melepas penisku dan mengarahkan ke mulut Via yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral penisku.
"Ahh..," sesekali aku merintih saat giginya mengenai kepala penisku. Disaat dia asik menikmati batang penisku, jariku yang nakal, mulai menelusuri dinding vagina Via yang mulai basah lagi.
"Creek.. crekk.. crek..," bunyi jariku keluar masuk dilubang vagina Via.
"Ohh.. Dandy.. enak sekali sayang.."
1.. 2.. 3.. 4.. 5.. jariku masuk bersamaan ke lubang vagina Via. Aku kocok keluar masuk.., sampai akhirnya aku nggak tahan lagi untuk mulai memasukkan penisku, untuk menggantikan 5 jariku yang sudah "memperkosa" lubang kewanitaannya.

Dan..
"Ohh.. sayang aku keluar lagi.."
Orgasme yang ketiga diraih oleh Via dalam permainan itu dan aku langsung meneruskan inisiatif menindih tubuh Via, berkali-kali aku masukkan sampai mentok.
"Aaakhh.. sayang.. enak sekali.. ohh..," rintih Via. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, menindih Via..
"Sayang aku boleh keluarin di dalam..," aku tanya Via.
"Jangan.. aku nggak mau, entar aku hamil," jelas Via.
"Nggak deh sayang jangan khawatir..," rengekku.
"Jangan Dandyy.. aku nggak mau..," rintihan Via membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya.
"Akhh.. oohh.. Dandy.. sayang keluarin kamu sayang.. aakkhh..," Via memintaku.
"Kamu jangan tunggu aku keluar Dandy.. please," pinta Via.

Disaat aku mulai mencapai klimaks, Via meminta berganti posisi diatas.
"Danndy aku pengen diatas.."
Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Via bangkit dan langsung menancapkan penisku dlam-dalam di lubang kewanitaannya.
"Akhh gila, penis kamu hebat banget Dandy asyik.. oohh.. enak..," Via merintih sambil menggoyangkan pinggulnya.
"Aduhh enak Dandy.. "
Goyangan pinggul Via membuat gelitikan halus di penisku..
"Via.. Via.. akh..," aku mengerang kenikmatan saat Via menggoyang pinggulnya.
"Dandy.. aku mau keluar sayang..," sambil merintih panjang, Via menekankan dalam-dalam tubuhnya hingga penisku "hilang" ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.
"Via.. Via.. ahh.."
Aku biarkan spermaku muncrat di dalam vagianya.
"Croot.. croot.." semburan spermaku langsung muncrat dalam lubang Via, tetapi tiba-tiba Via berdiri.
"Aakhh Dandy nakal.."
Dan Via berlari berhamburan ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dalam vaginanya, karena memang dia tidak menggunakan pernah menggunakan KB.

Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru saat bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
"Dandy, kapan kamu ada waktu lagi untuk lakukan ini semua sayang," tanya Via.
Aku menjawab lirih, "Terserah Via deh, aku akan selalu sediakan waktu buatmu."
"Makasih sayang.. kamu telah memberikan apa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suami aku," puji Via.
"Dann.. kamu hebat sekali dalam bercinta.. aku suka style kamu," sekali lagi puji Via.

Pertemuan pertama ini kita akhiri dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengn kata-kata, dan hanya kami berdua yang bisa rasakan itu. Aku memang termasuk orang yang selalu berusaha membuat pasanganku puas dan aku mempuyai fantasi sex yang tinggi sehingga tidak sedikit abg, mahasiswi dan ibu muda yang hubungi aku untuk sekedar membantu memberikan kepuasan buat mereka.

Cerita Dewasa - Adik Iparku yang masih Perawan

 kisah ini terjadi ketika istriku yang tercinta Narty . sedang mengandung anakku yang pertama kira-kira satu setengah tahun yang lalu.saat menjelang bulan yang kedelapan,perut Narty sudah sangat besar.dan tidak memungkinkan lagi bagi Narty untuk mengurus semua urusan keluarga seperti mencuci piring,gelas,dan lain-lain.ia harus lebih banyak istirahat.

Praktis deh sejak saat itu semua pekerjaan rumah tangga semua menjadi tangung jawabku.mulai dari mencuci sampai memasak.Narty sebenarnya nggak tega melihat aku bekerja habis-habisan di dapur.namun apa boleh buat dia sendiri harus mematuhi anjuran dokter untuk beristirahat total.dari rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.

Akhirnya karena terlalu banyak menghabiskan waktu dirumah untuk menjaga Narty dan jabang bayinya .pekerjaanku di kantor pun terganggu banyak file-file keuangan yang belum sempat kuselesaikan dan akupun jadi sering mbolos ngantor.bosku tentu saja marah.ia bahkan mengancam akan menskorsingku.wah celaka…….! Maka mau tak mau aku harus sering ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaanku sementara Narty akan menghubungi adik bungsunya Pita yang baru lulusan SMA.untuk menemaninya.aku memang nggak pernah bertemu Pita sebelumnya. lantaran ia sekolah di kota madiun dan tinggal bersama neneknya dikota tersebut.dan akhirnya kuijinkan aja Pita menemani Narty.

Semula nenek Pita keberatan kalau Pita harus tinggal bersama kami namun karena desakan Narty yang cucu kesayangan ini.nenek pun berkenan membiarkan Pita tinggal bersama kami di Bandung.bahkan Pita berniat untuk melanjutkan pendidikanya di kota ini sambil bekerja dan mencari pengalaman hidup.katanya saat itu kamipun berniat membiayai pendidikan Pita.karena bagaimanapun pendidikan adalah yang utama.

Sekarang mari kita bicarakan tentang body Pita. body Pita sangat menawan.payudaranya lumayan montok juga sanggup memancing hawa nafsu kaum adam sepertiku.bibirnya sangat sexy ingin sekali aku mengulumnya.rambutnya panjang terurai lurus.wajahnya keindo-chinese-san.pantatnya juga semok.pokoknya sexy abiss bo..!

Aku berharap kelak bisa mengentotnya.sekalipun itu tidak mung kin terjadi karena Pita adalah adik bungsu Narty yang notabene istriku sendiri.dengan kata lain ia adalah adik iparku sendiri.ah betapa gobloknya aku dulu andai dulu yang kunikahi Pita bukan Narty.batinku kala itu.

Suatu hari sifat keisengankupun kumat lagi.saat Pita mandi aku mengintipnya.saat itu Narty sedang tak ada dirumah lantaran harus ke dokter kandungan.dengan sedikit tehnik yang kupelajari di kala “SLTP” dulu.aku berhasil menggintip Pita. ternyata tubuh Pita memang sangat sensual kedua payudaranya bukan Cuma besar ,tapi sangat indah dan kenyal.ingin saat itu aku meremasnya dan mengulum kedua putingng nya yang hitam kecoklatan itu.namun aku nggak ingin terburu-buru.melihat tubuh adik ipar kan nggak bisa setiap hari jadi harus kunikmati waktu emas ini sebaik-baiknya.

Matakupun mulai menyisir tubuh Pita secara perlahan-lahan leher jejangnya,dadanya,serta memek perawannya yang diselimuti bulu-bulu halus, saat ia menyabuni tubuhnya ,juga saat ia keramas semua terlihat dengan sangat detail.benar-benar pemandangan yang eksotis.tak akan tertukar dengan pemandangan gunung willis sekalipun pokoke oke.dan tanpa sadar “adik kecil”kupun terbangun.

Namun aku harus menelan ludah. jam dinding sudah menunjuk angka 08.00 aku harus bersiap-siap ke kantor.dan dikantorpun aku tak berkonsentrasi bayang-bayang tubuh Pita mengisi terus seluruh otakku.ingin rasanya aku pulang dan mengentot sorang wanita ABG.

Dan begitu aku pulang. Aku jadi pusing tujuh keliling batang kemaluanku sudah “READY FOR ACTION” namun aku tak bisa meminta “jatah” ke Narty lantaran ia hamil tua maka akupun memutuskan untuk menggumbar hawa nafsuku dengan melihat VCD porno alias BF aku harus melihat vcd ginian waktu tengah malam. lantaran pada tengah malam begini biasanya Narty dan Pita pasti sudah tidur terlelap.Narty paling nggak suka kalau aku liat vcd beginian.dan kalau ketahuan Pita yang masih ABG itu bisa hilang wajahku.

Saat aku tengah asyik-asyiknya melihat tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku “Pit…..Pita ka……mu be…belum tidur”ujarku gelagapan saat mengetahui bahwa yang menepuk pundakku adalah Pita. sembari menyetop jalannya BF dengan remote televisi yang terletak dismping sofa tempatku duduk. ‘’belum,mas malam ini panas banget,ya jadi gerah nih” “oh…”jawabku datar. “mas,mas suka ngeliat yang beginian ya?” “ah,nggak juga Cuma iseng doang kok,eh Pita jangan bilangin hal ini ke mbak Narty ya soalnya dia nggak suka kalo mas liat ginian” “boleh aja mas pake rahasia-rahasiaan tapi……” “tapi apa?” “mas harus kasih liat tuh vcd ke Pita” gila kali nih anak, baru lulus SMA sudah berani liat beginian .tapi ya sudah lah toh aku sudah ketangkep basah jadi mau nggak mau kustel lagi deh BF tersebut.dan kami pun melihat BF itu berduaan di sofa kayak Romi dan yuli.

Akhirnya tibalah adegan dimana pemain pria dikulum batang kemaluaannya oleh si pemain wanita.(oral sex). “mas kenapa sih kok tuh cowok seneng banget waktu “anunya” dikulum sama sicewek itu”Tanya Pita kujawab saja dengan jujur”ehh….tuh cowok kerangsang kali. aku bilangin ya pit cowok itu kalo dikulum anunya bakal kerangsang.” “emang kalo “anunya” mas digituin mas ya kerangsang?’’ “jelas dong”kataku saat itu. gila nih anak pertanyaannya kok menjurus amat ke hal-hal khusus dewasa. “mas,mas mau nggak kalo digituin sama Pita.” “gendheng kamu pit,aku ini kan kakak iparmu bagaimana kalau mbak Narty tau” “lho,mbak Narty kan sudah tidur mas,nggak bakalan tahu deh” belum sempat aku berkata apa-apa Pita sudah membuka celana ku dan langsung mungulum kemaluanku.aku gelagapan.

suara mulut Pita yang tertahan burungku itu akhirnya membuat aku kerangsang juga.akhirnyapelan-pelan aku mulai mengikuti permainnan lidah Pita kugoyangkan pantatku searah dan perlahan.kubelai-belai rambut Pita yang terurai panjang.sementara itu Pita mengulum kemaluanku bagai seorang bayi mengulum lollipop mulutnya mengulum mengitari kemaluanku kadang ia menngigit lembut kepala kemaluanku dan saat itulah aku memmekik ringan.hingga akhirnya: air surgawiku tertumpah semua ke mulut Pita .Pita berusaha menelan semuanya dan setelah itu dengan jilatan-jilatan kecilnya ia menbersihkan kemaluanku hinngga bersih dan klinclong.

“hah….hah mas aku kan sudah ngulumin punyanya mas,sekarang giliran emas dong yang ngulumin punya Pita” “oke deh pit buka dong dasternya biar mas kulumin memek kamu “ dengan cepatnya Pita membuka baju dasternya bahkan juga bra dan cdnya .dan setelah itu kulihat lagi tubuh Pita polos tanpa sehelai benangpun sama persis dengan yang kulihat dikamar mandi tempo hari(saat aku mengintipnya remember).maka dengan segera tanganku mengengam kedua buah gumpalan dagingnya dan mulai meremasnya dengan kasar sembari kadang-kadang memainkan putingnya yang sudah mengeras akibat rangsangan ransangan yang didapatnya ketika menggulumku tadi. “akh……oooooooh……mas jangan mas kulumin memekku dulu dong pleeeeaaze” ‘ini dulu baru itu Pit”kataku menirukan bunyi iklan di tv sembari menciumi kedua daging kembar itu bergantian.

Setelaah puas menciumi kedua susu Pita barulah aku mulai menciumi memeknya pertama kujilati bulu-bulu halusnya rintihan pita terdengar. tampaknya titik lemah Pita ada di memeknya.itu dapat dibuktikan .begitu ia mengerakan pantatnya dengan antusias membiarkan lidahku menari bergerak bebas didalam memeknya yang sempit dan begitu kutemukan chrytorysnya(yg sebesar kacang kedelai) lansung saja kukulum tanpa ammpun “akh………oooooooooo…………….akkkhh………………… akh………oooooooooo…………….akkkhh………………… akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………maaaaas maaaasukin aja burung mas ke dalam memek aku akh…………….” “tapi ,Pita kamu kan masih perawan” “askh….nggak peduli pokoke puasin aku mas”kata Pita sembari menancapkan burungku ke vaginanya.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..oooooooooo………….” masuklah semua burungku seiring dengan erangan Pita (menahan sakitnya hujaman anuku).setelah itu mulailah kugenjot tubuh Pita semakin lama semakin cepat.Pita terus memekik keras namun aku sudah gelap mata.maka semakin keras erangan Pita semakin keras pula goyanganku.

Aku terus mengoyang Pita hingga akhirnya Pita mencapai klimaks. Cairan orgasmenya keluar bersama darah keperawanannya.tubuh kami berdua bagai bermandi keringat.kubiarkan pita istirahat sekitar 15 menit.saat itu kulihat Pita menyeka air matanya mungkin ia menangis karena menahan sakitnya hujaman “burungku”.kejadian ini mengingatkanku saat kuperawani Narty .kala itu Narty juga mengeluarkan air mata..dasar adik kakak sama saja. Lalu kubiarkan sekali lagi Pita mengulum anuku hingga keluar cairan surgawi untuk kedua kalinya kali ini fekwendsinya lebih banyak karena kulihat Pita tak mampu menelannya..air surgawiku tampak belepotan diwajahnya.kubantu Pita untuk membersihkan spermaku di wajahnya dengan kertas tissue.setelah itu kami akhiri perbuatan nista kami ini dengan cumbuan mesra.

“Pita,kita baru saja melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh agama,sadarkah kamu,Pita” “ah,nggak papa mas.apa urusannya agama sama kita.toh kita Cuma melakukan hubungan sex tidak lebih”masyaallah …! Dia Cuma berkata seperti itu setelah berselingkuh dengan aku,kakak iparnya sendiri ck…ck…..ck… “tapi aku kan sudah memerawanimu itu sama artinya dengan merusak masa depanmu dan aku juga telah menghianati cinta mbakyumu Narty” “ah mas ini gimana toh asal kita nggak buka mulut siapa sih yang tahu kalau aku sudah nggak segelan lagi” “tapi…’’ “dan lagipula mas kan nggak maksa aku nglakuin ginian,orang aku yang mau kok,mas asal mas tau aja ya aku tuh sudah lama menunggu saat dimana “segelku” dibuka sama mas,makanya tadi waktu mas ngintip aku biarin aja.” “jadi kamu tau kalo tadi pagi aku……” “ya,jelas tau dong mas ,mas dimataku mas itu seorang yang gagah dan baik jadi aku nggak akan nyesel ngasih keperawananku ke mas” “tapi gimana kalau sampai mbak Narty tahu he…” “kita rahasiain hal ini dari semua orang mas gimana mas setuju nggak?” “baiklah aku rasa inijalan yang baik untuk kita berdua Pita aku mohon anggap saja malam ini tak pernah terjadi” dan mulai saat itu kami merahasiakan hal ini pada siapapun.Pita tinggal dikost-kostsan dengan alas an agar lebih dekat ke fakultas dimana ia menimba ilmu.(padahal ia tinggal di kost-kostsan untuk menghindari kecurigaan Narty}ia hidup tanpa beban seolah-olah apayang telah kulakukan tak pernah terjadi namun kin giliran aku yang repot karena aku tak bisa melupakan nikmatnya oral sex Pita.

Cerita Dewasa : Kisah Nadia, (Sebelum Pernikahan)

Seperti yang pernah aku ceritakan pada kisah sebelumnya, aku sudah sangat sering berhubungan badan dengan adik laki-lakiku. Namun kali ini aku melakukannya dengan anggota keluargaku yang lain, yaitu Ayah kandungku sendiri! Aku sadar kalau perbuatan ini sangat salah. Tetapi aku tidak tahu harus bagaimana lagi, karena kini sudah tidak ada yang dapat aku lakukan untuk dapat merubah semuanya. Seperti kata pepatah ‘Nasi sudah menjadi bubur’.

Mungkin ada yang masih ingat kalau aku adalah gadis keturunan Betawi dan Sunda? Ayahku memang berasal dari Jakarta. Walaupun perawakan Ayahku tidak tinggi besar, namun karena wajah beliau yang tegas, orang lain menjadi segan dengannya. Apalagi saat kumis Ayah masih sengaja dibiarkan tumbuh panjang yang tentu saja membuatnya menjadi terlihat semakin seram. Beberapa komentar dari mantan pacar maupun teman-temanku yang sudah pernah melihat Ayah membuatku semakin yakin kalau beliau cukup menakutkan.

Sudah sekitar 2 bulan ini aku tidak bekerja lagi karena di kantorku sedang ada pengurangan karyawan. Setelah berhenti bekerja, aku hanya mengisi waktu luangku dengan melamar pekerjaan serta membantu Ibu di rumah. Sementara itu sekitar 2 minggu lagi aku juga berencana akan segera melangsungkan pernikahan dengan pacarku yang sekarang. Tentu saja hal ini membuatku cukup sibuk sehingga aku tidak terlalu mengambil pusing lagi memikirkan sulitnya mencari pekerjaan.

Hari itu hanya ada aku di rumah, Ayahku sedang ada urusan penting, sedangkan Ibu pergi berbelanja kebutuhan pokok. Begitu juga dengan adik-adikku, ada yang sedang kerja maupun kuliah. Karena cuaca hari itu cukup panas aku memutuskan untuk mandi. Dengan segera aku mengambil handuk dari kamarku lalu menuju ke kamar mandi. Setelah melepas pakaian yang menempel satu-persatu, aku mulai membersihkan seluruh permukaan tubuhku hingga kembali harum dan segar.

Kira-kira setengah jam aku berada di kamar mandi. Karena tidak ada orang lain lagi di rumah, dengan hanya mengenakan handuk aku segera menuju ke kamar tidur untuk berganti pakaian. Namun baru berjalan beberapa langkah, samar-samar aku mendengar suara pintu depan diketuk oleh seseorang.

‘Tok… Tok… Tok…’ terdengar lagi suara ketukan tetapi kali ini lebih keras.

“Aduh… Siapa sih?” tanyaku dalam hati.

“Teh bukain pintunya…! Ini Ayah…!” terdengar suara pria yang ternyata adalah Ayahku.

Karena belum sempat berganti pakaian, dengan hanya masih memakai handuk aku langsung membukakan pintu untuk Ayahku.

“Kok cepet sih pulangnya Yah?” tanyaku heran ketika aku sudah membukakan pintu.

“Udah selesai kok urusannya…” jelas Ayah singkat.

“Oh gitu? Ya udah Ayah istirahat dulu sana…” kataku sambil menutup pintu lalu menguncinya kembali.

Setelah yakin pintu depan sudah dalam keadaan terkunci, aku pun segera beranjak ke kamar untuk berganti pakaian karena takut masuk angin. Ketika sudah berada di kamar aku mengambil pakaian dari dalam lemari. Baru saja aku bersiap untuk melepas handukku, tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamarku dibuka. Tentu saja aku kaget karena ketika membalikkan tubuh rupanya Ayahku sudah berada di dalam kamar.

“Ayah kok masuk nggak ketok pintu dulu sih!?” aku setengah membentak ke Ayahku.

“Ma-maaf Teh… Ayah cuma mau tanya Ibu udah pulang apa belum?” tanya Ayah yang kemudian langsung duduk di atas tempat tidurku.

Tidak biasanya Ayah masuk ke kamarku dengan tiba-tiba, apalagi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Akhirnya handuk yang tadinya sudah siap untuk kulepas, aku kencangkan lagi ikatannya.

“Belum Yah…” jawabku seadanya.

“Kok tumben sih belum pulang?” tanya Ayah yang kali ini sambil memandangi tubuhku.

“Nggak tau deh… Emangnya kenapa sih Yah? Baru ditinggal sebentar udah kangen aja sama Ibu…” kataku bercanda.

“Hehehe… Bisa aja anak Ayah yang satu ini…” Ayah tertawa mendengar ucapanku.

Namun setelah percakapan itu suasana menjadi sepi. Bukan karena tidak tahu harus berbicara apa, tetapi keberadaan aku dan Ayah di kamar ini. Selain karena hanya ada kami berdua, kondisi tubuhku yang masih memakai handuk juga menambah ketidaknyamanan di dalam ruangan ini.

“Teh… Sini duduk di sebelah Ayah…” tiba-tiba Ayahku berkata sambil menunjuk tempat di sebelahnya.

Tanpa ada perasaan curiga sama sekali, aku pun menuruti permintaan Ayah karena merasa beliau ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting denganku.

“Teh… Sebentar lagi kan kamu nikah…” kata Ayah serius.

“Iya Yah…! Ayah seneng kan Teteh akhirnya nikah?” tanyaku memotong perkataan Ayah.

“Ayah seneng kok Teh… Tapi sebenernya Ayah sedikit nggak rela kalo anak kesayangan Ayah diambil orang lain…” lanjut Ayah dengan raut wajah sedih.

“Ya ampun…! Ayah tenang aja deh… Teteh tuh milik Ayah dan akan seterusnya kayak gitu kok…” jawabku berusaha menenangkan Ayah.

“Ka-kalo begitu… Te-teteh mau kan bersetubuh sama Ayah?” tanya Ayahku dengan terbata-bata.

“A-ayaah…!! Ayah ngomong apa sih!?” aku sungguh marah sekaligus bingung mendengar permintaan Ayah barusan.

“Teh… Ayah sayang Teteh… Sebelum kamu nikah, Ayah pengen banget bisa bersetubuh sama kamu…” ucap Ayah yang membuatku yakin kalau aku tidak salah dengar.

“…………” tenggorokanku terasa seperti tersendat dan tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Seolah tidak ingin menunggu jawaban dariku, tangan kanan Ayah mulai memegang daguku. Sementara tangannya yang sebelah lagi menggenggam tanganku, yang masih dalam keadaan memegang handuk, dengan penuh kehangatan. Ayah mengangkat daguku hingga kepalaku menengadah tepat ke arah wajahnya. Kulihat pancaran kedua mata Ayah begitu penuh kasih sayang, namun bukan seperti tatapan sayang orangtua kepada anaknya, melainkan layaknya seorang pria memandangi kekasihnya.

Aku hanya diam saja diperlakukan seperti ini. Belum sempat aku berpikir atau berbuat sesuatu, tiba tiba wajah Ayah sudah berada sangat dekat dengan wajahku hingga membuatku menahan nafas. Kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Ayah mengulum bibir mungilku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai naik. Tanpa kusadari kuikuti saja kemauan Ayahku ini.

“Aaaaah…” aku mendesah sangat pelan sehingga nyaris tidak terdengar.

Setelah beberapa lama, kini aku antara pasrah dan menikmati cumbuan ini. Tiba-tiba saja bibirku diciumi Ayah dengan nafsu. Aku sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Dengan memejamkan mata, aku langsung membalas ciuman Ayahku dengan liar. Kami berdua pun saling bertukar ludah dengan panas.

Nafsu birahiku mulai tidak dapat tertahan ketika tangan kiri Ayah menyentuh payudaraku dan melakukan remasan lembut. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir Ayah. Leher mulusku pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir tersebut kemudian beranjak naik ke telingaku. Jantungku berdetak kencang dan wajahku terasa panas.

“Mmmmh… Yaaaaah…” desahku ketika lidah Ayah mulai bermain di belakang telingaku.

Ayah kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur tempat tidurku agar posisiku dapat lebih nyaman.

“Yaah jangaaaaan…! Na-nantiii ketauaaan Ibuuu…!” aku mencoba untuk menolak keinginan Ayah walaupun di dalam hati aku juga sangat menginginkannya.

Tetapi Ayah yang sudah dikuasai hawa nafsu tidak menanggapi perkataanku sama sekali. Saat ini aku tidaklah seperti seorang putri kecil lagi bagi Ayah, melainkan sebagai objek pelampiasan nafsu birahinya. Sambil menindih tubuhku, bibirku diciuminya lagi. Tidak lama kemudian handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya, sehingga tubuhku kini dalam keadaan tanpa penutup sama sekali.

“Badan Teteh harum bangeeet…” bisik Ayah mesra.

Ayah tidak puas-puasnya memandang dan menciumi tubuhku. Apalagi kulit putih halus yang membalut tubuhku semakin meningkatkan hawa nafsunya. Sehingga begitu pandangannya mengarah ke payudaraku, tangan Ayah mulai membelainya. Jari-jari kasarnya menjepit dan meremas-remas putingku, perlahan namun sama nikmatnya dengan remasan yang kuat dan keras.

“Mmmmmmh…” aku mendesah nikmat.

Sementara tangan Ayah mulai mengelus-elus pahaku yang mulus dan putih. Kedua putingku kemudian dikulumnya bergantian antara kiri dan kanan.

“Yaaaah… Ooooohh…” desahku lagi ketika kumis tipis milik Ayah menggesek dadaku.

“Ayah sayang kamu Teh…” kata Ayah sambil memandangku, kali ini dengan tatapan yang sangat aneh.

“Yaaah… Teee… Mmmm…” belum selesai aku berbicara bibir Ayah kembali mengulum bibirku.

Sewaktu Ayah mencium bibirku dengan memasukkan lidahnya, aku tidak tinggal diam. Dengan panasnya kami saling beradu lidah. Ayah sungguh pintar membuatku terhanyut sehingga saat ini aku sudah tidak memikirkan lagi bahwa perbuatan yang sedang kulakukan adalah sebuah dosa besar. Yang dapat kulakukan saat itu adalah memalingkan wajah ke samping karena merasa malu dapat terangsang oleh permainan Ayah kandungku sendiri.

Tidak puas hanya bermain dengan bibir dan payudaraku saja, kini bibir Ayah mulai turun ke perut dan berhenti di vaginaku. Aku semakin terangsang ketika bibir Ayah mencium bibir vaginaku. Lidah Ayah kemudian mencoba untuk menerobos masuk ke dalam. Aku juga dapat merasakan hembusan nafas Ayah menerpa vagina bagian luarku yang semakin menambah sensasi nikmat.

“Aaaaaaaah… Ayaaaaaaaah…!!!” aku mendesah kencang ketika lidah Ayah mengenai klitorisku.

Perlahan kedua kakiku mulai melebar karena rangsangan dari lidah Ayah yang sedang memainkan klitorisku. Tubuhku terasa ingin terbang ketika merasakan jari-jari Ayah ikut bermain di dalam vaginaku. Aku dapat merasakan permukaan vaginaku mulai basah pada bagian belahannya, bukan hanya karena air liur Ayah, namun juga karena rangsangan yang terus-menerus diberikan oleh beliau.

Setelah beberapa lama aku pun mulai memiliki keberanian untuk melihat ke bawah dimana selangkanganku sedang dijilati dan dihisap-hisap oleh Ayahku. Sungguh lihai mulut serta lidah Ayah menyedot dan juga menjilati vaginaku sampai membuat kakiku mengejang hebat. Lidah Ayah bergerak lincah, kadang dengan gerakan lambat, kadang cepat bahkan terkadang sampai menjilat memutari vaginaku.

Akibatnya beberapa menit kemudian tubuhku mulai mengejang, lalu aku dapat merasakan dari dalam vaginaku ada sesuatu yang mengalir dengan kuat dan siap untuk dikeluarkan.

“Oooohh… Teteeeeh keluaaaar Yaaaah…!! Ooooooohh…” aku mengerang panjang dalam orgasme pertamaku ini.

Kemudian Ayah dengan sengaja menghentikan jilatannya untuk mengamati lendir vaginaku yang keluar dalam jumlah banyak sehingga sampai menetes ke tempat tidur. Sebuah senyum mesum terpancar pada wajah tua beliau. Sepertinya Ayah senang sekali karena berhasil membuat putri kandungnya mencapai puncak kenikmatan untuk pertama kalinya.

“Sluurp… Enaak bangeet cairannya Teteh… Hhmmm… Jauh lebih enaak dari Ibu kamu…” kata Ayah sambil menikmati sisa cairan yang masih menempel di vaginaku.

Sesaat kemudian Ayah mulai membuka seluruh pakaiannya yang masih dalam keadaan lengkap seperti ketika beliau pergi tadi, hingga kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang. Ayah lalu mengambil posisi berlutut di sebelahku lalu mengarahkan tanganku ke batang penisnya. Merinding juga aku melihat batang kemaluan Ayah yang sangat besar dan masih terlihat perkasa.

Dengan mata sedikit terpejam aku mulai memegang batang penis Ayah dengan tangan kananku. Namun karena ukuran penis Ayah sangat panjang, maka tangan kecilku ini hanya mampu menggenggam hingga setengahnya saja. Perlahan aku meremas-remas penis tersebut sebelum mulai mengocoknya. Sesekali aku membuat gerakan memutar yang membuat Ayah menggelinjang nikmat.

“Ooooh… Enaaaaak Teeeeh…!!” kata Ayah ketika aku mengocok penisnya itu dengan lebih cepat.

Ketika wajahku sudah berada tepat di depan penis Ayah, dengan perlahan kujilati seluruh penisnya dengan lidahku. Mulai dari ujung kepalanya yang berwarna kemerahan, hingga batangnya yang kekar. Sesekali cairan bening yang keluar dari penis Ayah juga aku jilati hingga bersih.

“Iseepiiin doong Teeeh…” perintah Ayah.

Mungkin karena Ayah sudah tidak dapat tahan lagi dengan perlakuanku terhadap penisnya, dengan tidak sabar beliau mengarahkannya ke mulutku hingga akhirnya aku pun mulai mengulum penis tersebut.

“Iyaaaaaah… Teruuuss…!! Ooooooh… Enaaaaaaaaak…!!!” teriak Ayahku.

Karena aku sudah cukup berpengalaman dalam melakukan oral seks, Ayahku jadi sangat menikmati hisapanku. Penis Ayah yang berukuran besar keluar masuk di dalam mulutku. Sesekali aku menghisap penisnya dengan kuat sekaligus menggigitnya pelan. Kedua tangan Ayah juga tidak tinggal diam dan ikut bermain pada kedua putingku.

Aku terus bekerja keras mengulum dan memainkan lidahku pada batang penis Ayah yang terasa sesak di mulutku. Benda itu bergetar setiap kali lidahku menyapu kepalanya. Ayahku yang semakin merasa keenakan menggerakkan pinggulnya ke depan dan belakang secara perlahan seolah-olah seperti sedang bersetubuh.

“Mmmmhh… Kamuu jagooo bangeeet ngiseepnya Teeeh…!!” puji Ayah sambil mengelus rambutku.

“Sluuurpp… Hhhmmmm… Sluuuuurpp…” dipuji seperti itu membuat aku semakin bersemangat menghisap penis milik Ayah.

“Uuuuhh… Enaaak bangeeeet Teeh… Te-teruus gituiiiin… Iyaaaah… Mmmmm…” Ayah mengerang sambil memegangi kepalaku.

Sambil terus mengulum penis Ayah, tanganku juga ikut mengocok batangnya ataupun memijat buah zakarnya. Kurang lebih 15 menit penis Ayah berada di dalam mulutku, akhirnya beliau tidak dapat menahan untuk segera mengeluarkan spermanya. Tanpa sadar Ayahku menggerakkan pinggulnya lebih cepat sehingga membuatku kelabakan.

“Ayaaah pengeeeen keluaaaar Teeeeh…!! Aaaaaaah… Teruuuus…!!” teriak Ayah dengan nafas memburu karena sudah ingin mencapai orgasme.

‘Creeeeett… Creeeeeettt… Creeeeeeettt…’ tidak lama kemudian keluarlah sperma Ayah dengan sangat deras ke dalam mulutku.

“Teeeeeh…!! Teteeeeeeeh…!!! Aaaaaaah…!!!” Ayah berteriak-teriak tidak terkendali seperti orang kesetanan.

Sungguh hangat rasanya ketika sperma Ayah menyirami mulut dan tenggorokanku dengan derasnya. Walaupun jumlah sperma milik Ayah sangat banyak serta beraroma tidak sedap, dengan menahan mual aku tetap berusaha menelannya hingga tidak tersisa sedikitpun.

Memang melakukan oral seks sudah seperti bakat terpendamku, sehingga pasanganku pasti sangat menikmatinya. Adik laki-lakiku adalah salah satu orang yang sangat ketagihan dengan hisapanku. Penis Ayah semakin menyusut di dalam mulutku ketika semburan spermanya sudah mulai terasa melemah hingga akhirnya berhenti sama sekali.

Namun sepertinya Ayah masih belum terlihat puas karena nampak dari penisnya yang masih tegang. Ayah hanya menarik penisnya dari mulutku lalu duduk. Aku memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat sebentar karena beliau sendiri katanya butuh waktu beberapa menit untuk mengumpulkan spermanya. Aku dan Ayah menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras.

Baru beristirahat sebentar nafsu Ayah sudah sudah bangkit lagi “Teh lanjutin lagi yuk…” pinta beliau.

Ayah lalu memintaku untuk naik ke atas wajahnya sehingga kini kami berada dalam posisi saling menjilati kemaluan pasangan masing-masing. Tanpa perlu diperintah lagi, aku membungkukkan tubuhku dan meraih penis milik Ayah lalu kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri batang penis Ayah sekaligus buah zakarnya. Jilatanku lalu naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap untuk menelannya lagi.

Tinggi badanku dengan Ayah yang tidak berbeda jauh, membuat kami nyaman berada dalam posisi ini. Untuk beberapa saat hanya suara desah nafas dan jilatan saja yang terdengar di dalam ruangan ini.

“Enak ya Teh? Sluuuurp… Mmmmmh…” tanyanya sambil terus menjilat-jilat vaginaku.

“Iyaaaah… Enaaaaak bangeeeet Yaaah…!! Oooooh…” berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.

Terus terang gaya ini jelas jauh lebih nikmat dari sebelumnya karena aku juga dapat ikut merasakan di oral oleh Ayah. Sementara aku merasakan jari Ayah menggantikan tugas lidahnya untuk bermain di vaginaku. Jari tersebut kemudian membuat gerakan memutar di dalam liang vaginaku. Tidak sampai di situ saja, jari Ayah tadi dimasukkannya lebih dalam ke vaginaku sedangkan jari-jarinya yang lain mengelus-elus klitorisku.

Dan satu hal yang membuatku semakin melayang adalah saat lidah Ayah juga turut menjilati vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya dan sekaligus semakin membuatku bersemangat mengulum penis milik Ayah.

“Yaaah…! Teteeh udaah nggaaak tahaaan…!” kataku sambil berhenti mengulum penis Ayah.

“Sluurp… Sabaaar Teeeh… Tahaaan duluuu…! Kitaa keluaaar barengaaan…!!” ucap Ayah yang tetap menjilati vaginaku.

“Akkkhhhhh… Teteeeeh keluar…!!” karena sudah tidak kuat lagi akhirnya vaginaku kembali mengeluarkan cairan.

Akibat merasa sangat lelah karena sudah mencapai orgasme dua kali, kali ini aku yang merobohkan tubuh di sebelah Ayah. Sementara Ayah yang mungkin masih merasa tanggung karena belum mencapai klimaks lagi mulai berdiri di depanku. Matanya dengan tajam memandang ke arah kemaluanku. Aku juga dapat mendengar nafas Ayah demikian memburu karena birahi beliau yang belum terlampiaskan seluruhnya.

“Yah nanti dulu… Teteh masih capek nih…” pintaku karena sudah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Ayah saat ini.

Ayah yang seakan tidak memperdulikan kondisiku, mengambil posisi tepat di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian Ayah mengarahkan penisnya yang masih berlumuran air liur ke liang vaginaku. Aku sungguh tegang ketika melihat penis Ayah menempel di vaginaku dan mencoba untuk masuk. Walaupun aku memang sudah tidak perawan lagi, namun penis Ayah terlihat kesulitan menjebol vaginaku yang masih sempit.

“Aaaaaaah… Ayaaaaaaah…!!” aku merintih ketika kepala penis milik Ayah menggesek-gesek klitorisku.

Supaya lebih memudahkan aksi Ayah, aku pun mulai membuka kedua pahaku lebar-lebar. Melihat reaksiku, Ayah semakin berusaha menekan penis beliau ke dalam vaginaku. Perlahan namun pasti penis tersebut mulai dapat masuk menembus selaput dinding vaginaku walau baru setengahnya saja. Dengan tidak mengenal kata menyerah, Ayah terus mendorong penisnya hingga benda yang kira-kira berukuran 18 cm itu mulai tenggelam di dalam lubang vaginaku.

“Aaaaaahh… Ayaaaaahhh…!!!! Aaaaaaaaahhhh…” aku memekik panjang ketika dengan tiba-tiba Ayah menghujamkan penisnya dengan kuat.

“Yaaah…!! Aaaaaah… Pelaaan-pelaaaaan…!! Oooohh… Aaaaaah…” teriakku merasa kesakitan ketika penis Ayah mulai keluar masuk vaginaku tanpa kendali.

Ternyata Ayah sama sekali tidak menghiraukan jeritanku agar beliau menyutubuhiku dengan sedikit lembut. Seakan sudah lupa daratan, Ayah malah semakin buas bermain di kemaluanku. Aku hanya dapat memejamkan mata serta menggigit pelan bibirku untuk menahan rasa sakit yang timbul dari dalam vaginaku. Lambat laun rasa sakit yang kurasakan mulai hilang dan berganti dengan nikmat yang luar biasa.

“Ayaaahh…!! Aaaaaahhh… Teruuus Yaaaah…!! Enaaaaak… Aaaaaah…” desahku yang mulai dapat beradaptasi dengan permainan kasar Ayah.

Aku sungguh tidak kuasa untuk menahan rintihan setiap kali Ayah menggerakkan pantatnya ke arah vaginaku. Gesekan demi gesekan penis Ayah pada dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku terangsang. Pinggulku juga ikut menggeliat-geliat menikmati tusukan-tusukan dari penis Ayah. Dapat aku lihat bagaimana batang penis tersebut keluar masuk vaginaku. Bahkan aku selalu menahan nafas ketika penis milik Ayah masuk ke dalam kemaluanku yang hampir tidak dapat menampung ukurannya yang besar itu.

“Oooohh… Enaaaaak bangeeet Teeeeh…!! Aaaaah… Aaaaaah…” kata Ayah di sela-sela persetubuhan kami.

“Teteeh jugaa ngerasaaa enaaaak Yaah…! Teruuus Yaaah…!! Nikmatiiin Teteeeeh semaaauu Ayaaah…!” aku berteriak sangat kencang tanpa memikirkan kalau suaraku bisa saja terdengar oleh orang lain.

Ayah kemudian menempelkan kedua tangannya di dadaku lalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan putingku semakin mengeras. Sodokan penis Ayah yang liar ditambah dengan remasan pada kedua payudaraku tentu saja membuatku semakin menjerit-jerit.

“Aaaaah… Aaaaahhh… Teruuuuus Yaaah…!! Puasiiin Teteeeh… Aaaahhh…” jeritku seiring dengan irama persetubuhan kami.

Kuakui Ayah sangat berpengalaman dalam hal ini walaupun memang tidak banyak variasi yang dilakukan oleh beliau. Makanya aku juga tidak heran kalau sekarang kedua orang tuaku sudah memiliki 4 orang anak. Namun akhirnya kali ini aku juga dapat merasakan kenikmatan seperti yang pernah dialami oleh Ibuku.

“Ayaaaaaah…! Ooooohh… Teteeeeh keluaaaaaar…!!” aku melenguh kencang melepaskan segala perasaan nikmat yang kurasa.

Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cukup banyak cairan vaginaku mengalir keluar dengan cepat. Vaginaku yang sudah basah berulangkali diterobos oleh penis Ayah. Tidak jarang payudaraku diremas-remas dan putingku dihisap. Mungkin karena sudah merasa bosan dengan posisi ini, Ayah lalu membalikkan tubuhku hingga sekarang aku bertumpu dengan kedua lututku. Aku yang masih lemas hanya dapat mengikuti saja kemauan Ayahku.

Dari arah belakang Ayah kembali menusuk vaginaku. Tentu saja posisi seperti ini membuat sodokan Ayah terasa semakin dalam dan nikmat. Dengan penis yang masih menusuk di dalam vaginaku, Ayah mencium lembut leherku. Ayah membuatku semakin terangsang dengan memegang-megang kedua payudaraku.

“Ooooohh… Ssssshhh… Aaaaaaaahh…” aku mendesah-desah meresapi permainan ini.

Permainan Ayah membuatku semakin terhanyut karena beliau memulai sodokannya dengan genjotan-genjotan pelan, namun lama-kelamaan terasa kencang dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Gesekan penis Ayah dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuat birahiku kembali bangkit. Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu.

“Teruuus Teh…!! Iyaaaa… Goyangiiin pantaaat kamuuu…!” kata Ayah sambil mempercepat dorongan penisnya.

Suara tempat tidur yang ikut bergoyang bercampur dengan erangan kami berdua. Tidak lama kemudian aku kembali orgasme! Aku merasa lelah sekali karena selain baru saja mencapai orgasme untuk yang keempat kalinya, tubuhku pun mengeluarkan banyak sekali keringat.

Lututku seketika lemas sehingga kini aku berada dalam posisi tengkurap di ranjang. Posisi tersebut membuat Ayah semakin beringas. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Ayah semakin kuat menekan penisnya hingga tubuhku semakin terhentak-hentak tidak karuan. Sementara itu, dapat kurasakan penis Ayah mulai berdenyut-denyut kencang tanda beliau sudah akan mencapai orgasme.

Benar seperti dugaanku, beberapa saat kemudian Ayah mengerang “Ooohh… Ayaah udaah mauuu keluaaar Teeeh…!!”

“Jangaaaan keluaariin di daleeem Yaaah…!! Mmmmhh… Aaaaahh !” jawabku karena takut hamil oleh Ayahku sendiri.

Namun tidak seperti perkiraanku bahwa Ayah akan mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku, dengan terburu-buru beliau justru mencabut penisnya. Kemudian sambil membalikkan tubuhku, Ayah mengocok-ngocok penisnya sendiri hingga spermanya keluar dengan deras sampai membasahi bagian perut dan dadaku. Sungguh pemandangan yang aneh melihat seorang Ayah mengocok-ngocok penisnya di depan anaknya sendiri.

Ayah lalu menyuruhku membersihkan sisa sperma pada penisnya. Dengan senang hati aku menjilati penis tersebut sampai bersih. Setelah itu Ayah menjatuhkan tubuhnya di sebelah kananku. Harus kuakui sungguh hebat untuk pria seusia Ayah masih memiliki stamina yang cukup kuat dan dapat membuatku orgasme hingga berkali-kali.

“Heeeh… Heeeeh… Te-teteh ja-jangan bilang siapa-siapa yah…” kata Ayah dengan nafas yang tersengal-sengal.

“Pasti dong Yah…!” jawabku yakin karena aku juga tidak ingin hal ini sampai diketahui oleh orang lain, terutama Ibu.

Di saat sedang mengistirahatkan tubuh kami yang lelah dan penuh keringat, sempat terlintas di pikiranku kalau beliau tidaklah seperti orang-orang yang pernah menikmati tubuhku sebelumnya. Saat orang-orang tersebut, termasuk juga adik laki-lakiku, ingin sekali memuntahkan sperma mereka di dalam vaginaku, Ayah justru lebih memilih untuk mengeluarkannya di dalam mulutku. Mungkin Ayah masih memakai akal sehatnya karena takut apabila nanti beliau akan memiliki cucu yang berasal dari spermanya sendiri.

Sejak hari itu pula, baik di waktu siang maupun malam hari, aku dan Ayah selalu mencari kepuasan bersama saat di dalam rumah hanya ada kami berdua atau ketika keluargaku yang lain sedang terlelap.

Cerita Dewasa : Dengan Ibu Guru SMU

Rina adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.


Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.


Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu 'pelajaran' tambahan di Minggu siang ini."Sudah selesai Anto?", Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya."Hampir bu""Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..""Iya..""Bu Rina, Saya sudah selesai", Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya."Ibu dimana?""Ada di kamar.., Anto sebentar ya", Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.


Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya."Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa.."Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya."Bagus bagus..., Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?""Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..""oo..., begitu to?""Anto kamu mau menolong saya?", Rina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya."Apa Ibu?", tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu mengusap-uasap daerah 'vital' nya."Tolong Ibu ya..., dan janji jangan bocorkan pada siapa--siapa"."Tapi tapi..., Saya"."Kenapa?, oo..., kamu masih perawan ya?".Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Rina"Iya""Nggak apa-apa", Ibu bimbing ya.


Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.


Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini."Lepaskan pakaiannmu Anto", Rina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya."Ahh cepat Anto", Rina mendesah tidak sabar.


Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja."Anto..., letakkan tanganmu di dada Ibu",Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu."Oohh..., enakk..., begitu caranya..., remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang.." Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan."Ibu..., Boleh saya hisap susu Ibu?".Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, "Boleh..., lakukan apa yang kamu suka".


Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya."Oohh..., jilat terus sayang..., ohh", Tangan Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.


Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut."mm..., nakal kamu", Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu."Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu".Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya."Coba kamu rasakan", ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya."Hangat Bu.."Bisa kamu rasakan ada semacam pentil...?""Iya..""Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok"Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu."Terus..., oohh..., ya..., gosok..., gosok", Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto."Kalo diginiin nikmat ya Bu?", Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya."Oohh..., Antoo..., mm", tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.


Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol."Ooaahh..., Anntoo", Tangan Rina mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya."Hmm..., kamu lihai Anto..., Sekarang..., coba kamu berbaring".Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya."Wah..., wahh.., besar sekali", tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.


Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan."Ahh..., enakk...,enakk", Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina."oohh Ibu..., Ibbuu"Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas."Hmm..., manis rasanya Anto", Rina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak."Sebentar ya aku mau minum dulu".


Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang."Anto..., biar Ibu minum dulu"."Tidak..., nikmati saja ini", Anto yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas."Ibu..., sekarang!""Ahhkk", Rina berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar."Antoo..., enakk..., ohh..., ohh". Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya."Ibu menikmati ini khan", bisik Anto di telinganya"Ahh..., hh", Rina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang."Jawab..., Ibu", dengan keras Anto mengulangi sodokannya."Ahh...,iyaa""Anto..., Anto jangann..., di dal.. La" belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya."Uuhgghh", penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Rina."Ahh".


Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.


Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Rina adalah jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.


Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini."Bu Rina salam dari Anto", Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya."Terima kasih, boleh saya masuk", Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya."Boleh..., boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Anto."Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget."Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..", sambil duduk di balik kemudi."Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Anto", Reza tersenyum penuh kemenangan."Apa hubungannya?", Keringat mulai menetes di dahi Rina."Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas".


Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka"Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!", Rina agak jengkel dengan muridnya ini."Boleh saya masuk?"."Tidak!"."Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?"."!!"dengan geram ia mempersilakan Reza masuk."Enak ya rumahnya, Bu", dengan santainya ia duduk di dekat TV. "Pantas aja Anto senang di sini"."Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua", dengan ketus Rina bertanya."Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua"."Jadi artinya", Kali ini Rina benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa."Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto, mau?", Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Rina.Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.


Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya."Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?".Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan penisnya ke mulut Rina."Mmpfpphh"."Ahh yaa..., memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu..., nikmat kok"Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan."Aduhh..., nikmat sekali Bu oohh", Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rina, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Rina merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar."oohh..., Ibu enakk..., enakk..., aahh".Cairan mani Reza muncrat di mulut Rina, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri."Sudahh..., sudah selesai kamu bisa pulang", Namun Rina tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya."Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.""Apa! beraninya kamu memerintah!", Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.


Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya."Sini saya teruskan", ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rina juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya."Gilaa..., besar amat", pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Rina, erangan kenikmatan pun keluar."mm oohh".Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Rina."Reza..., aahh..., aahh", Tubuh Rina menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza."Enak Bu?", Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.


Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Rina agar membungkuk. Kakinya di lebarkan."Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu""Ahhkk..., hmm..., hmmpp", Rina menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.""Ugghh..., innii..., innii", Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rina. Rinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat."Adduuhh..., teruss.., teruss Rezaa..., oohh", Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya."Oohh Rina..., Rinnaa".Rina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.


Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Rina, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu."mm capek..., mm", bibir Rina mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya."Rezz aahh", Tubuh Rina bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya."Bu..., balik..., Reza pengin nih""Nakal kamu ahh", dengan tersenyum nakal, Rina bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza meraih payudara Rina dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang"Adduuhh..., owwmm", Rina mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza."Bu Rina nikmat lho vagina Ibu..., ketat", Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya."mm..., aahh..., ahh..., ahhkk", Rina tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu."Ayoo..., aahh.., ahh... Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi...". Gerakan Rina makin cepat menerima sodokan Reza.


Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi "doggy style", melainkan kini Rina menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering."Ooww..", Teriakan Rina terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rina yang makin becek."Ayoo..., makin dalam dalamm"."Ahh.., aahh..., aahh..", Rezapun mulai berteriak-teriak."Mau kelluuaarr"Rina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Rina kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka."Bu Rina..., sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang"."mm memangnya kamu mau apa", Rina kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza."Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat.."Rina tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.


Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Rina harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk."Bu, Anto kangen lho"."Iya deh..., nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi..., jadi..., Ibu ingin malam ini malam terakhir kita", mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu."…………..", Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu."Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?".Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, "Iya..., boleh..., boleh"."Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa", Rina mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD 'Kamasutra-nya Penthouse". Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.


Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene."Ganti pakaian itu Nto..", Rina menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.


Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Rina."Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex"."Belum tuh...", Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya."mm..., itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil"."Thanx..", Anto kemudian mengecup pipi gurunya.


Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Rina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat."aahh..."Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Rina agar duduk di pangkuannya."Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini...", Bisik Anto di telinga Rina. Rina yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan."Akhh...", Rina memejamkan matanya."Anto..., jilatin vagina ibu..."


Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu."oohh..., teruss..., teruuss...", Rina bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda."Jilatin..., pentil itu..., oohohh", Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh semangat."Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..""Anto..., massuukk".


Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek."mm...", Rina menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk."Uuhh..., masih susah juga ya Bu...", Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak."Uhh..., nakal, Ini balasannya!", sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya."aa...".


Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri."mm..., hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?", Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rina yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina rina."Nikmati saja..."Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada tepat di mukanya."Isap... Ayoo", sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak, saat itu pula penis Reza masuk."Ahh..., nikmat..", Rina merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya."uufff..., jilatin..., jilatt", tangan Reza memegangi kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.


Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rina.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina, "Berdiri menghadap tembok Bu!"Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai."mm..., Nto..., liat tuh punya kamu..", seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rina."Nih Bu rasakan punya Reza juga ya".


Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Rina merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan."ooww...", Tubuh Rina yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Rina dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza."Anto...", Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang."Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….""aa.. Aa... Aa"."oohhkk..., kk..., kk..", Rina berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.